“Jaman sekarang ini, siapa pun yang melanggar hak warga, pasti diproses secara hukum. Kita sudah menyaksikan berbagai peristiwa belakangan ini, banyak penegak hukum yang malah menjadi tersangka,” kata Thomas Sunaryo, dosen senior Kriminologi FISIP Universitas Indonesia (UI), kepada Kabar Kobar.
Menurut Thomas, propanda negatif, menciptakan suasana takut, menekan atau penekanan, pemaksaan pada pilihan tertentu, adalah tindakan melanggar hukum. Maka masyarakat harus berani menggunakan haknya. Dan manakala haknya dilanggar, masyarakat harus berani pula bersuara atau mengadu.
Thomas bisa memahami, masyarakat bawah rentan pada rasa takut. Namun, rasa takut massal, akan selalu bermuara menjadi perlawanan dan menolak untuk menjadi takut. Beberapa saat setelah ditakut-takuti, rasa takut kemudian dikelola, lalu menjelma menjadi keberanian. Dalam kondisi seperti inilah masyarakat yang haknya dirampas, melawan petugas pun menjadi berani.
Pengalaman Thomas dalam mengamati perilaku masyarakat dalam Pemilu Kada, masyarakat yang ditakut-takuti memberi perlawanan dengan caranya sendiri. “Semakin ditakut-takuti, masyarakat semakin yakin dengan pilihannya sendiri. Umumnya, orang tak mau ribut, tapi hatinya tetap tak goyah,” ujar Thomas.
“Orang yang ditakut-takuti, cenderung merasa dirinya menjadi sangat terhina. Memang tidak mau melayani untuk berdebat dan sejenisnya, kebanyakan orang lebih baik menghindari perdebatan yang tidak perlu. Namun justru kondisi itulah yang membuat mereka semakin yakin atas pilihan hatinya,” papar Thomas.
Thomas, yang banyak meneliti tindak pidana yang dilakukan perseorangan maupun dilakukan secara beramai-ramai, sudah banyak menemukan fakta rasa takut yang menjelma menjadi keberanian. Perlawanan nenek-moyang kita terhadap penjajah Hindia Belanda, merupakan contoh nyata bahwa rasa takut selalu berubah menjadi keberanian.
Informasi yang diperoleh Kabar Kobar dari Komisi Pemilihan Umum Daerah (KUPD) Kobar, persiapan Pemilu Kada sudah rampung. Jadual tiba logistik di ke-524 Tempat Pemungutan Suara (TPS) sudah final, sehingga tidak ada hambatan. Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) mengatakan, tidak ada keluhan dan pengaduan berarti dari kedua kandidat.
Dalam pada itu, pengamatan Kabar Kobar di berbagai kecamatan di Kobar, kampanya kedua kandidat berjalan tenang dan lancar. Pendukung kedua kandidat tidak bermusuhan, cenderung bersahabat dan damai. “Kita kan memang saling kenal. Kalau berbeda pilihan, wajar, namanya juga demokrasi,” kata Samsudin, warga Arut Utara.
0 komentar: