Masyarakat lebih bergantung kepada elit politik ketimbang ilmuwan. Sebab elit politik yang senantiasa menciptakan manuver politik yang sering mengundang rasa ingin tahu masyarakat. Jika elit politik bermanuver dengan cara sehat atau tidak sehat, manuver itulah yang menjadi pendidikan nyata bagi masyarakat.
Hal itu dikemukakan pengamat politik Bonny Hargens, sebagaimana dimuat Radar Sampit, menanggapi dinamika politik di Kotawaringin Barat (Kobar) yang menurut penilaian beberapa pengamat menjurus pada persaingan tidak sehat. “Kedewasaan elit politik merupakan pendidikan nyata bagi masyarakat. Maka seharusnya semua pihak di Kobar tetap memegang etika,” ujar Bonny Hargens.
Bonny Hargens mengatakan, salah tujuan setiap orang dalam berpolitik adalah meraih kekuasaan. Kekuasaan akan diperoleh jika memperoleh dukungan suara konstituen. Setiap pemilih (voter), memberi suara ber-dasarkan persepsi yang dimilikinya. Dalam negara demokrasi, wajar semata jika berusaha merubah persepsi masyarakat. Tetapi dalam merubah atau mengarahkan persepsi masyarakat, hendaknya tetap berpegang pada etika.
Pengamat sekaligus praktisi politik Muhammad Ramli MEd, berpendapat sama dengan Bonny. “Dalam politik praktis, mempengaruhi opini publik dan mengarahkan persepsi konstituen, tentu harus dilakukan. Tetapi saya sependapat dengan Bonny, harus dilakukan dalam bingkai sehat, jangan memompakan asumsi salah kepada publik,” kata Muhammat Ramli.
Bonny dan Muhammad mengatakan, senjata uta-ma seorang kandidat dalam pemilihan tertentu, adalah menonjolkan sisi-sisi positif dalam dirinya, agar publik bersimpati dan dengan suka rela memberikan suaranya. Seorang kandidat tidak perlu menyebarluaskan sisi nega-tif lawan/pesaing, sebab masyarakat bisa menilai sendiri, kepada kandidat mana suara akan diberikan.
“Sekalipun kita bisa membuktikan orang lain ternyata salah, kita belum tentu benar. Jika energi yang ada kita curahkan untuk menyebarluaskan sisi negatif lawan, masyarakat malah curiga dan confused (bingung),” ujar Bonny Hargens. (KYM)
Jumat, 14 Mei 2010
0 komentar: