• twitter
  • rss
Selasa, 25 Mei 2010
0

PANGKALAN BUN – Tak banyak yang tahu, tanggal kelahiran Presiden Soekarno dengan Ujang Iskandar, sama-sama 6 Juni. Angka di ujung tahun pun sama-sama angka 1. Ujang lahir di 6 Juni 1961, Soekarno lahir di Blitar 6 Juni 1901. “Sama-sama lahir 6 Juni dan beda usia 60 tahun, pantas saja semangatnya seperti Soekarno,” kata seorang eks transmigran, Suharto.

Ternyata bukan hanya kesamaan tanggal lahir, semangat Ujang Iskandar yang berkobar-kobar membangun Kobar, antara lain meniru semangat Soekarno, Presiden RI pertama (1945-1966). Bagi Ujang, Soekarno adalah milik bangsa dan negara, milik semua warna dan golongan, sehingga semangat Soekarno dalam mempersatukan bangsa pantas ditiru. Soekarno tak bisa dibatasi milik sekelompok orang.

Konsisten mengagumi Soekarno sebagai Bapak Bangsa, Ujang pun mengkoleksi foto-foto heroik Soekarno yang sedang berpidato. “Semangat beliau harus menjadi teladan bagi kita semua. Dengan semangat Soekarno, saya yakin dalam lima tahun lagi Kobar akan semakin maju,” ungkap Ujang. Ujang hafal, nama kecil Soekarno adalah Kusno. “Waktu kecil dipanggil Kusno, setelah dewasa menjadi Bung Karno,” tukasnya.

“Roh Soekarno belakangan ini sudah sering datang ke Kobar. Saya bermimpi, Soekarno suruh kami dukung Ujang. Sebagai orang Jawa, ini adalah amanat. Kalau saya tak ikut Soekarno, saya takut jadi kualat,” ungkap Darimin, petani eks transmigran di Arut Selatan kepada Kabar Kobar. Menurut Darimin, mimpi tersebut sudah diketahui banyak orang di Arsel.

“Kami yang berasal dari Jawa Tengah sangat yakin sejak 7 tahun lalu, Soekarno sudah sering ke Kobar,” tuturnya. Menurut penerawangan Darimin, sebelum hari pencoblasan 5 Juni 2010, Soekarno sudah ada lagi di Kobar, juga akan “berbisik” kepada banyak orang. Soekarno akan merayakan ulang tahunnya di Kobar. Pada hari yang sama, Ujang juga merayakan ulang tahun,” lanjut Darimin tentang “keyakinan magis” dalam dirinya.

Ketika penerawangan Darimin disampaikan kepada Bupati Ujang, ia hanya senyum-senyum. “Saya ini orang beragama, juga seorang haji. Kalau penerawangan seperti Pak Darimin itu, saya tidak mau berkomentar. Hak setiap orang menyatakan pikiran,” kata Ujang sembari menunjukkan koleksi foto-foto heroik Soekarno.

“Mohon Kabar Kobar jangan salah tulis ya. Saya hanya pengagum yang meniru semangat Soekarno. Jadi saya tidak menyamakan diri dengan Soekarno. Saya khawatir disalahtafsirkan,” kata Ujang. Ditanyakan tentang kesamaan tanggal lahir, kembali Ujang tersenyum simpul. “Kita hanya manusia, Allah yang punya rencana,” jawabnya.

Penerawangan Darimin, bagi sebagian orang memang sesuatu yang aneh. Namun bagi pihak tertentu, boleh jadi sesuatu yang dianggap sebagai tuntunan. Darimin tak bisa disalahkan atas keyakinannya, sebab hak setiap warga untuk berpendapat.

Ditanyakan mengenai bukti mimpinya, Darimin mengatakan: “Lha mimpi saya begitu koq. Sampean percaya atau tidak, hak sampean. Kalau saya sekeluarga dan orang-orang di sini, yakin sama mimpi saya.”

    0 komentar:

Posting Komentar